Hari ini entah udah keberapa kali balik lagi ke rumahsakit untuk pemeriksaan. Ini sudah bulan Mei, yang artinya Juni bulan depan sudah satu tahun masa penyembuhan aku di hitung dari keluar rumah sakit tahun lalu.
Semua yang di lewati memang sangat gak mudah dan rumit. Kadang
bisa di lalui dengan santai, tapi kadang ada juga yang bikin sedih selama masa
penyembuhan ini. Selama cuti ini aku masih belum bisa banyak interaksi dengan
orang seperti sebelum aku sakit. Setelah keluar dari rumah sakit dengan masih
menyisakan bekas luka bakar di muka dan seluruh badan, ada rasa sangat-sangat
gak percaya diri. Muka hitam penuh bopeng, lecet dimana mana, tangan cantengan
dan bau nanah, dan telinga yang masih sering sekali susah mendengar dengan
jelas.
Awalnya selama di rumah setelah keluar dari RS, setiap
bangun tidur mata akan terasa sangat perih , kering, dan masih lengket. Ada sebuah
peraturan di keluargaku kalau makan harus selalu duduk bersama-sama dimeja
makan. Di hari kerja itu pun masih tetap berlaku. Bangun tidur dengan nyawa
yang masih belum sepenuhnya sadar, sudah harus secepatnya pergi ke meja makan
dan sarapan dengan keluarga sebelum berangkat kerja. Aku butuh waktu sekitar 30
menit sampai 45 menit untuk benar-benar bisa membuka mata dengan fresh seperti
orang normal. Aku sudah menyiapkan tetes
mata buatan untuk mata yang kering, kapas bertangkai untuk membersihkan selaput
mata yang menutupi pengelihatan, dan obat salep mata untuk menghindari lengket
di mata. Kadang kalau memang harus terburu-buru untuk jalan ke meja makan dan
mata masih sulit terbuka, aku biasanya buru-buru mengambil beberapa lembar
tisu, menggumpalkan, menaruh dimata yang masih sulit terbuka dan menutupi
dengan kacamata, persis seperti bajak laut. Kalau memang tidak ada tisu ya
masih merem sambil berjalan. Aku sangat tidak terbiasa berjalan dan makan
dengan mata tertutup, jadi sering kali saat berjalan aku menabrak tembok atau
barang atau salah menyuap makanan. Kalau
mata sudah mulai bisa terbuka dengan normal dan tidak perih aku mulai belajar
menghitung langkah, mengingat semua barang, dan apa saja seisi rumah. Jadi jika
suatu hari aku harus terburu-buru bangun dengan mata masih tertutup aku tidak
lagi menabrak.
Setelah keluar dari RS aku juga tidak di perbolehkan
banyak berkeringat , terkena sinar matahari langsung , dan debu. Jadi rumah dan
kamar saat itu harus sangat steril dari debu, baju yang tertutup dan AC yang
terus menyala. Ini tidak begitu sulit dilakukan, hanya saja kadang terasa bosan
karna segala kegiatan jadi super terbatas dan hati-hati. Aku mulai bosan berada
dirumah dan selalu ingin main bertemu teman-teman. Tapi suka atau tidak suka
aku masih belum boleh bertemu banyak orang untuk menghindari virus-virus lain
karena kondisi badan masih belum stabil dan masih banyak luka yang baru sembuh.
Jari-jari ku penuh nanah di dekat kuku. Itu karena kuku mulai copot satu
persatu, sedangkan yang mau tumbuh saling tabrak dengan kuku yang masih ada dan
belum lepas. Ini sangat menjijikan dan aku jadi sangat sulit untuk memegang
sesuatu termasuk makanan. Otot-otot tangan masih sangat lemas, aku sering
menjatuhkan barang yang sedang aku pegang.
Aku sempat mengabil les sesuai jurusan ku di kampus, awal
pertama kali aku masih sangat tidak percaya diri, semua memandangku dengan
aneh. Di hari pertama aku tiba-tiba merasa akan ada serangan kejang. Aku tahan
sekuatnya dan hanya berfikir bahwa aku akan baik-baik saja. Mungkin saat itu
aku memang terlalu memaksakan diri untuk memperbaiki kuliah dan merasa
baik-baik saja, yang sebenarnya belum sepenuhnya baik. Dan ini hanya berjalan
hanya beberapa bulan hingga akhirnya aku memilih untuk berhenti karena aku
kembali sakit dan dirawat karena kejang. Sampai akhirnya kami sekeluarga sepakat untuk
membeli tabung oksigen yang mudah dibawa. Dari tabung seukurang botol minum
sampai tabung setengah ukuran tabung gas kompor dirumah. Suatu hari, aku merasa
pusing dari pagi. Aku rebahkan badan di kasur sampai sore gak juga hilang. Dan begitu
menyebalkan saat ada banyak saudara main kerumah aku justru sakit. Kalau aku
merasa tidak sehat aku akan pindah dari kamarku ke kamar orangtua, takut-takut
terjadi kejang atau hal lain. Baru setengah jalan dari kamarku aku pingsan
tepat ditengah saudara-saudara. Kepalaku sangat sakit, bukan pusing yang aku
rasakan, tapi lebih tepatnya tulang tengkorang kepala bagian belakang rasanya
seperti dilempar batu besar. Saking sakitnya aku sampai teriak-teriak. Kembali lagi
aku dilarikan ke UGD dengan mobil di rumah, aku bisa mendengar suara, aku bisa
sedikit membuka mata, tapi badanku tidak kuat untuk berdiri dan duduk.
Untungnya aku selalu membawa oksigen kecil. Ditengah perjalanan, di mobil aku
kejang karena menahan sakit dikepala. Untungnya aku mempunyai tabung oksigen
kecil, ada om ku yang memompa oksigen ke muka ku (tabungnya mirip tabung inhaler).
Sedikit-sedikit aku merasa lebih baik dan kejangku mulai berhenti. Sampainya di
UGD, dokter-dokter yang menagani ku saat sakit tidak ada di sana, karena hari
itu adalah hari libur. Untungnya aku sudah baikan walaupun masih lemas. Hanya diberi
infusan hingga aku tertidur setelah lelah kejang dimobil. Aku tidak diberi
obat, hanya infusan dan dijaga dokter. Aku dirawat di RS kembali untuk
berjaga-jaga kalau aku kejang lagi. Sedih rasanya, karena aku gak bisa bersama
saudara-saudara. Hamper seminggu disana. Setelah beberapa hari aku dirawat, aku
diberi obat anti-kejang. Ini hanya untuk berjaga-jaga. Tapi hanya beberapa saat
setelah aku meminumnya kulitku merah-merah dan bibirku kembali tebal. Aku menangis
ketakutan. Aku masih ingat betul rasa sakitnya SJS. Aku percaya mereka mencoba
mengobatiku dan member yang terbaik. Tapi jujur saja, aku benar-benar takut
menelan obat-obat an. Hingga akhirnya aku diperbolehkan pulang dengan syarat
aku harus kembali lagi dirawat beberapa hari lagi untuk pemeriksaan dengan MRI
untuk mencari tau penyebab kejangku.
Beberapa hari setelah itu aku kembali lagi untuk
melakukan MRI. Aku mau dirawat dengan syarat tanpa meminum Obat apapun. Dan disana
hanya mondar-mandir tidak melakukan apa-apa. Dengan kondisi sehat seakan berada
di hotel, makan, tidur, nonton tv, main dan main. Sampai akhirnya tiba waktunya
aku pemeriksaan MRI, kami sekeluarga dengan dokter alergi ku yang menangani aku
dari aku sakit SJS berdiskusi panjang, karena ada syarat untuk melakukan MRI,
yaitu harus dilakukan dengan KONTRAS. Pemeriksaan MRI kontras adalah
pemeriksaan yang masuk kedalam alat seperti tabung besar, hanya tiduran dan diam saja. Tidak
diperbolehkan sedikitpun bergerak agar badan bisa ter-rekam dengan jelas bagian
mana yang sakit. Dan KONTRAS adalah memasukan sesuatu sejenis obat untuk
membantu rekaman alat tersebut menjadi trasnparan dan jernih. Ini menjadi rasa
takut yang luar biasa. Karena aku terkena SJS adalah karena perkiraanya adalah ALERGI
OBAT. Sampai akhirnya heboh untuk pemeriksaan MRI, pergi ke RS lain yang lebih
ramai, mengantri, dan bersebelahan dengan orang yang sakit lainnya. Sedangkan aku
sampai sekarang tidak boleh sakit dan tertular penyakit dari orang lain untuk
menjaga daya tahan tubuh dan menghindari obat. Pusing rasanya, untungnya tidak
sampai kejang. Disana dijaga dokter alergi untuk berjaga-jaga kalau tiba-tiba
aku ada tanda-tanda alergi obat dari kontras tersebut. Semua berjalan lancer,
tidak alergi. Dan beberapa hari setelah itu hasil MRI datang. Aku, keluarga,
dam dokter pun heran. Karena hasil MRI
KONTRAS adalah NORMAL. Lalu dari mana sebenarnya kejang dan pusing ku ini?
Aku selesai dengan pemeriksaan MRI, lalu beberapa bulan
berikutnya orangtua ku menyarankan untuk berpindah ke dokter alternatif. Orangtuaku
bilang dokternya memang sekolah kedokteran di Amerika dengan gelar tinggi,
hanya saja obat-obatnya bukan terbuat dari bahan kimia, tapi dari bahan-bahan
alam. Aku mencoba kesana, diberilah aku obat suplemen anti-oksidan. Katanya karena
aliran listrik dibadan ku ini kadang liar dan tidak stabil. Dan beberapa hal
lain menyebabkan aku kejang. Mungkin dari fikiran seperti stress, terlalu
lelah, dan lain lain. Aku tidak rutin kembali karena aku tidak perlu. Aku hanya
meminum suplemen itu sampai sekaarang. Semua berjalan lebih baik, jauh lebih
baik.
Entah beberapa bulan lalu aku pergi ke luar kota, pergi
ke kampong ku di Jawa Timur. Aku sangat senang untuk pertama kalinya aku
bermain jauh dari rumah. Aku kesana bersama keluarga, hanya saja kakak dan papa
pulang lebih dulu karena harus bekerja. Aku disana tinggal di hotel, lebih
memilih hotel bukan dirumah sendiri karena takut merepotkan saudara-saudara di
hari kerja sedangkan aku berlibur. Pergi kesana dengan sangat lancar, meskipun
aku berangkat dengan membawa botol oksigen, penjaga di bandara bisa memahami
bahwa oksigen yang saya bawa untuk kesehatan bukan untuk hal berbahaya. Sangat mudah
semua berjalan saat berangkat. Semua berjalan sempurna selama di sana. Tiba saatnya
harus pulang kembali ke Jakarta. Aku dan mama pulang dengan pesawat berbeda
dari saat berangkat. Ini mulai dipermasalhkan dari orang-orang penjaga bandara
di sana. Aku di larang terbang pulang hanya karena membawa tabung oksigen yang
katanya takut meledak saat terbang. Aku dilarang kesal, marah, dan stress untuk
menghindari kejang. Tapi aku tidak bisa pergi tanpa botol oksigen ku. Barang bagasi
dikembalikan ke kami. Aku diharuskan periksa darah, pergi ke rumah sakit dan
meminta surat dokter, dan aku baru diperbolehkan pulang keesokan harinya, itu
pun dengan syarat dilarang membawa tabung oksigen. Aku mulai kesal, kenapa ini
harus dipermasalahkan sedangkan saat dari Jakarta aku tidak dipersulit
sedikitpun. Bahkan mereka sampai mempertanyakan surat terbangku dari Jakarta
seakan aku tidak benar benar naik pesawat dan mendapat ijin membawa oksigen.
Mereka menjelaskan dengan nada menjengkelkan bahwa oksigen bukanlah obat. Aku sepenuhnya
tau bahwa oksigen bukanlah obat. Tapi hanya ini yang bisa membuatku tenang
untuk pergi-pergi. Kalau sampai aku kejang suatu hari, aku hanya butuh
setidaknya oksigen hingga aku merasa lebih baik. Tidak ada obat lagi selain ini
kan? Ya akhirnya masalah ini selesai dengan aku pasrah meninggalkan botol
oksigen ku di bandara dan terbang ke Jakarta. Karena mereka berjanji
menyediakan oksigen untuk ku di pesawat untuk berjaga-jaga. Sesampainya di
bandara Jakarta, oksigen tidak aku gunakan karena Alhamdulillah aku baik-baik
saja. Saat mama ku bertanya untuk meminta oksigen dibawa pulang, ternyata
kembali bermasalah. Mama sudah membayar oksigen yang disediakan pesawat yang
mereka hargai hamper 10 kali lipat dari harga yang aku punya. Tapi ternyata
oksigen itu dilarang kami bawa pulang dengan alasan kepemilikan pesawat. Kami pulang
dengan kesal. Ingin rasanya membuat surat kritik tapi tidak jadi kulakukan. Aku
pikir, biar saja ini hanya menjadi cerita. Kami mencoba memahami, mungkin
mereka yang menyebalkan hanya melakukan tugasnya (walau seharusnya tidak dengan
nada menyebalkan), dan kami mencoba memahami bahwa mungkin otak mereka tidak
bisa membedakan untuk kesehatan dan untuk kejahatan. Dan ini menjadi suatu cerita baru.
Ada juga orang-orang yang melihatku sebelah mata karena
wajahku yang belang-belang bekas luka. Seakan mereka melihat monster
menakutkan. Beberapa orang sering bertanya apakah aku sedang menangis, karena
mataku sering basah dan meneteskan air mata. Padahal ini hanya karena mataku
menjadi sangat kering setelah sakit. Atau dulu setelah pulang dari RS ada
tetangga atau saudara yang masih kecil yang sering kali takut kalau bertemu aku
karena wajah dan kulitku yang belang-belang seperti Dalmatian. Ini membuat aku
sangat sedih dan hilang percaya diri. Hingga akhirnya ada seorang sahabat dan
saudara yang mengingatkan bahwa “bagaimanpun
buruk nya fisik kita, kita masih mempunyai hati yang baik. Semua perempuan itu
cantik, dan Tuhan menciptakan makhluknya tidak dengan buruk rupa. Bersyukurlah
bahwa kamu masih diberi hidup dan kesempatan hidup, gunakan sebaik-baiknya,
jangan hanya berkeluh kesah. Hanya orang yang benar-benar baik yang melihatmu
dari siapa dirimu, bukan dari fisikmu” dan ini benar-benar
menyemangatiku, mungkin aku masih memiliki kulit yang belum sempurna, mungkin
aku tidak memiliki yang orang lain miliki. Tapi dengan apa yang sudah aku
miliki, aku bahagia. Aku sudah merasakan tidak bisa membuka mata dan tidak bisa
melihat, aku pernah merasakan sakit yang berbahaya. Tapi sekarang aku sembuh,
aku bisa melihat dengan baik. Dan semua masalah pasti mempunyai jalan. Jadi aku
selalu mencoba mengatakaan bahwa aku cantik, tidak peduli mereka mau
menjatuhkan aku. Aku tidak ingin sibuk memikirkan mereka yang menyebalkan dan
hanya bisa membuat sakit hati. Masih banyak orang-orang yang baik hati dan
menyayangiku, masih perhatian, dan member
banyak hal positif di hidupku.
Hari demi hari kesehatan ku makin membaik, aku yang hobi
masak mulai menyibukan diri dengan mengikuti les masak. Aku mulai kegiatan
tersebut secara bertahap, dengan hari dan jam berapa yang aku inginkan. Kegiatan
dilakukan bersilag hari untuk beristirahat. Semua baik-baik saja. Aku sangat
bahagia mulai bisa mengikuti kegiatan lagi. Suati hari aku tambah tempat les
masak. Kali ini entah kenapa aku langsung mengambil kursus selama 3 hari
berturut-turut dari jam 9 pagi sampai 5 sore. Aku menjalani kursus bersama
mama. Aku senang karena makin banyak ilmu yang kudapat dari apa yang ku gemari.
Hari pertama berjalan lancar, selama kursus tidak terasa lelah sedikitpun, saat
pulang langsung tidur seperti orang pingsan. Hari kedua paginya sudah mulai
terasa lelah. Karena aku merasa lelah aku hamper tidak ingin datang. Tapi karena
merasa saying jika membuang uang yang sudah dibayarkan untuk tiga hari dan demi
sertifikat, akhirnya aku dan mama datang kembali. Tengah hari tiba-tiba aku
mulai pusing. Pusing yang tidak berhenti walaupun sudah beristirahat. Aku akhirnya
hanya duduk beristirahat karena tidak kuat lagi, sedangkan kursus dilakukan
dengan berdiri. Saat itu aku sudah sangat ingin buru-buru pulang. Aku merasa
sangat tidak sehat. Tapi aku harus menunggu mama selesai kursus. Sampai akhirnya
saat pulang dan semua bubar pulang. Aku pusing yang bertambah tambah. Tiba-tiba
aku kejang lagi disana. Mama tampak repot, chef sudah di jelaskan kondisi ku. Mereka
semua membantu ku, ramai-ramai menggotongku ke mobil dan mencari rumah sakit
terdekat. Disana aku lemas, aku bisa mendengar dan melihat, tapi sangat lemas
bahkan tidak kuat untuk bicara. Aku tiba di UGD. Semua tampak repot. Bahkan suster
berkata “mau di letakan dimana bu kalau ramai begini?” aku dengar suster itu. Mungkin
memang karena repot jadi nada bicaranya seakan menyerah tak peduli. Alhamdulillah
ada yang keluar dari UGD dan aku bisa dapat tempat. Tapi aku sudah tertidur
karena pusing dan kejang. Aku tidak diberi obat. Dan ternyata mama pun juga
sakit dan di UGD di beri obat. Aku dan
mama benar-benar ke lelahan. Tidak lagi-lagi lain kali begini kalau kondisi belum
benar-benar stabil. Dan aku benar-benar berfikir, bagaimana jika aku mulai
kuliah lagi jika aku masih lemah begini? Benar-benar membuat bingung.
Dan ada keluhan lain yaitu telinga, ini yang masih sangat
bermasalah hingga hari ini. Sejak aku piker semua mulai membaik dari mata yang
mulau kembali normal tapi masih kering dan masih sering megeluarkan air mata,
aku sudah hamper tidak pernah kejang, otot tangan mulai kuat, dan kuku mulai
tumbuh walaupun masih menjadi daging keras belum sepenuhnya menjadi kuku. Sekitar
enam bulan lalu aku telingaku baru bermasalah kembali. Baru bangun pagi aku
sangat sulit mendengar, di meja makan aku mulai gak nyambung dengan apa yang
dibicarakan keluarga. Aku sangat stress karena takut masih ada efek lain atau
penyakit baru. Lalu pergilah aku ke dokter THT di RS aku dirawat. Disana dokter
bilang bahwa telingaku masih ada lecet yang mungkin sisa dari sakit SJS
kemarin. Lalu aku diberi obat tetes H2O2 untuk membersihkan kotoran telinga
tanpa harus di korek dengan cotton bud. Lucu rasanya, kalau ditetes di telinga
akan terasa seperti suara gemuruh air, dan kalau di lihat seperti detergen yang
penuh busa, kalau busanya sudah hilang aku bersihkan dengan tisu bagian luarnya
dan kotoran pun keluar dengan sendirinya. Tapi ternyata ini tidak berhasil, aku
kembali susah mendengar, kali ini lebih parah. Ada suara bising besar setelah
aku baru bangun tidur. Apapun yang dibicarakan orang rumah aku tidak bisa
mendengar jelas, berulang kali hanya berteriak-teriak dan berkata “HA??”. Ya ini
menyebalkan buat aku dan keluarga. Sangat sulit berkomunikasi. Sampai sampai
kadang aku menyumpal telinga dengan kapas untuk mengurangi suara bising. Lalu aku
kembali ke dokter THT lain yang katanya cukup terkenal. Setelah menunggu lama
dengan harapan sembuh, disana aku ceritakan bahwa aku baru sembuh dari SJS, dan
aku tidak diperbolehkan membersihkan telinga hanya meneteskan H2O2, dokter itu
malah terheran-heran. “kata siapa gak boleh dibersihin? Nih kotornannya numpuk.”
Akhirnya hanya dibersihkan saja telingaku. Hanya sekitar 15 menit selesai dan
lucu rasanya dokter itu berkata “sudah selesai, sekarang kupingmu sudah bersih.
Kamu boleh pulang dan tidak perlu kembali.” Aneh rasanya, terdengar ringan dan
tidak perlu di cari tahu lebih lanjut. Telingaku memang terasa bersih, terasa
lebih baik tapi tidak sepenuhnya kembali normal, masih meninggalkan dengung kecil
beberapa kali. Hari ke hari kadang aku bisa mendengar dengan jelas, kadang
sangat sulit mendengar. Harus bicara teriak-teriakan atau menulis.
Dan hari ini aku baru saja selesai dari dokter THT di RS
aku dirawat lagi. Kali ini bukan dengan dokter sebelumnya. Sekarang terdengar
sangat sangat jauh lebih baik, jelas, jernih, normal. Waktu berangkat yang aku
keluhkan hanya telinga kiri, karena walaupun telinga kanan bising tapi bisa
mendengar. Yang aku pikirkan hanya sekedar dibersihkan seperti membersihkan
telinga biasa saja. Ternyata dokter ini rasanya jauh lebih baik menangani
telingaku. Aku jelaskan bahwa dua bulan lalu aku baru saja ke dokter THT dan
baru dibersihkan telinganya, tapi dokter ini malah merasa heran dan berkata
bahwa aneh rasanya dalam dua bulan telingaku sudah penuh kotoran lagi. Belum pernah
rasanya aku ke dokter THT sampai menangis deras sesegukan. Sangat lama aku
ditangani. Ada berbagai macam yang dilakukan, awalnya aku diperlihatkan telinga
dengan kamera yang bisa dilihat di layar TV, terlihat ada kotoran yang mirip
karang. Lalu dibersihkan biasa. Aku tidak takut karena dibilang hanya
dibersihkan tapi lama kelamaan aku jadi kesakitan karena dibersihkan semakin
dalam. Dan dokter bilang “ini kayanya
kotoran telinga dari sejak sakit deh, gak normal kayanya kotoran kuping bisa
sampe terlalu dalem dan nempel di gendang telinga.” Oke, dengan kata-kata itu
sepenuhnya aku jadi takut dan panik. Aku mulai meringis ringis saat
dibersihkan, mulai menangis sedikit-sedikit. Aku di temani kakak sampai bilang “dek
yang rileks, nanti yang ngantri di depan bisa ketakutan” aku udah gak peduli
mau dibilang apa, aku focus kesakitan. Ada seperti botol panjang berisi air
yang disemprot ke telinga, rasanya enak dan dingin, lalu ada alat yang menyedot
kotoran telinga. Ini yang sangat sakit, rasanya seperti disedot sangat dalam. Sampai
akhirnya si dokter mulai kewalahan karena aku selalu mengeluh kesakitan, dokter
lalu berkata untuk memindah cara membersihkan telingaku dengan mikroskop. Yang awalnya
aku hanya duduk dengan kepala miring, sekarang aku tiduran terlentang. Ya alatnya
yang dipakai tetap sama dengan disedot dan di semprot air, tapi dokter bilang
bahwa melihat telingaku jadi lebih jelas dan lebih baik. Aku sempat merasa sangat
pusing saat pindah dari kursi ke kasur. Entah karena aku kesakitan dan tegang,
atau memang karena ada masalah dengan telingaku. Disitu aku menangis makin
deras dan teriak-teriak. Karena kotoran yang harus diambil memang menempel
keras di dalam dan ada lagi yang menempal di gendang telinga. Sakitnya luarbiasa
hebat. Ini baru telinga kiri. Ada rasa sakit dan sangat senang karena aku bisa
mendengar dengan amat sangat jelas dan normal kembali. Sungguh HEBAT. Tapi waktu
dokter mau mebersihkan telinga kanan aku minta berhenti dan memilih untuk di
cicil saja dan dilakukan minggu depan saja. Aku tidak kuat mental karena harus
menahan sakit yang sangat perih. Serius! Rasanya sangat sakit! Walaupun harus
kembali lagi minggu depan, setifaknya aku sudah mengistirahkan badan dan
mental. Sampai akhirnya aku pulang rasanya penuh bahagia dan agak bising karena
aku bisa mendengar berisiknya keresek, bunyi gantungan kunci, suara bising
kendraan. Hahahaa.. rasanya memang sudah sangat lama aku tidak mendengar dengan
normal. Gak lupa untuk selalu bersyukur. Men-syukuri bagaimana bahagianya bisa
mendengar normal, bisa melihat dengan jelas, bisa beraktifitas. Walaupun semua
harus berjalan dengan lambat, tapi aku yakin semua pasti akan kembali normal lagi dan sembuh seutuhnya. Tidak ada obat lain selain sabar, berusaha untuk terus sembuh seutuhnya, berdoa, dan selalu bersyukur.
Semua pasti ada hikmahnya. Semua sudah ada jalannya. Tetap menjadi diri sendiri. Tetap bersemangat. Biarkan yang buruk menjadi pelajaran. Selalu ada waktu untuk memperbaiki dan lebih baik lagi.
Halo mb Almira..
BalasHapusSaat ini saya sdg masa pemulihan sjs da kondisinya kuku2 saya mulai lepas.. Boleh tau ga waktu itu penanganan utk perawatan kukunya gmn? Apakah d perban dan d beri obat?
Makasih..
Halo mb almira,saya juga baru saja terkena stephen johnson krn meminum obat anti kejang..tp alhamdulillah skr sdh membaik..tp kejang saya kambuh lg sdgkan saya takut jika hrs mengkonsumsi obat2an kejang lg, yg mau saya tanyakan kl blh tau dimana dn apa ya obatnya pengobatan alternatif yg disampaikan mb almira diatas utk mgobati kejang mb almira..trm ksh sblmnya..
BalasHapus